Untukmu yang merayakan malam pergantian tahun baru
Pergantian
tahun baru masehi selalu ditunggu tunggu oleh anak-anak, remaja bahkan orang
tua. Sebelum malam tahun baru, banyak dari mereka mempersiapkan pesta untuk
menyambut pergantian tahun baru tersebut. Mereka mempersiapkannya dengan begitu
matang, dengan bakar-bakar, dengan liburan ke tempat yang indah atau pun
mempersiapkan diri untuk bermesraan dengan pacar-nya. Saya pun tidak begitu paham mengapa mereka rela
menghabiskan uang, waktu dan tenaga untuk sekedar menyambut malam tahun baru,
padahal tidak ada yang istimewa dengan malam tersebut, malah kita semakin dekat
dengan “kematian”.
Ada lagi
yang menyambut tahun baru dengan terompet, saya tidak tahu makna dibalik
meniupkan terompet tersebut, padahal kalau
mau menggali fakta nya pastikan orang tersebut tidak akan mau untuk
meniupkan terompet. Kita sedikit bahas terompet, pernahkah berpikir sudah berapa
kali terompet tersebut ditiup oleh orang lain, sudah berapa mulut yang masuk ke
dalam terompet tersebut.
Siapakah
orang yang pertama kali meniup terompet, jawabannya adalah tukang pembuat
terompet, kemudian orang kedua adalah penjual, sebelum terompet dia jual,
pastilah terompet tersebut di cek kualitas suaranya. Orang ketiga yang meniup
terompet adalah pembeli. Si pembeli pastinya tidak mau kualitas terompet yang
dibelinya jelek, oleh karena itu terompet tersebut harus di cek kualitas dengan
cara ditiup. Minimal sudah tiga mulut yang sudah menitup terompet tersebut,
belum lagi terompetnya ditiup dengan pembeli yang banyak. Lima, enam bahkan
sepuluh mulut sebelum sampai ke mulut kita. Pernahkah berfikir kalau yang meniup
tersebut orang yang mempunyai penyakit, kemudian penyakit tersebut akan menular
kepada kita. Salah siapa kalau bukan salah kita sendiri.
Belum lagi kembang api yang dibeli oleh
pemerintah bernilai milyar-an rupiah, lenyap begitu saja dengan hitungan menit.
Siapa yang menikmatinya? Mata yang menikmatinya, itupun sekejab dan tidak
berlangsung lama. Coba dananya digunakan untuk fakir miskin,, berapa ratus juta
fakir miskin yang tertolong dengan dana tersebut.
Fakta
yang mengejutkan lagi adalah yang pernah terjadi di Monas beberapa tahun
terakhir ditemukan puluhan “kondom” yang telah terpakai. Apakah mereka pikir
pergantian tahun baru adalah pesta sex yang legal. Apakah mereka pikir
pergantian tahun baru untuk berpesta- pora atau pun berhura-hura. Apakah mereka
rela jika yang melakukan sex tersebut adalah ibu-ibu mereka, bibi – bibi mereka
ataukah saudara-saudara perempuan mereka?. Jawabannya pasti mereka tidak akan
rela membiarkan ibu-ibunya, bibi-bibi nya atau pun saudarinya melakukan hubungan
sex yang terlarang. Terus mengapa mereka melakukan hal itu?.
Sudah
saatnya kita berpikir dewasa dalam menyikapi momen pergantian tahun baru
tersebut. Terlebih lagi kondisi bangsa kita yang sedang dalam kondisi
“keterpurukan”, Seharusnya momen tersebut dimanfaatkan untuk hal-hal yang
bermanfaat, sebagai contoh penggalangan dana sosial dan doa untuk bangsa.
Komentar
Posting Komentar