Sabtu siang
tadi ceritanya sedang tempat untuk berfikir dan merancang sesuatu, saya
pikir tempat tersebut merupakan tempat yang tepat untuk berfikir dan mencari inspirasi.
Selain untuk mencari tempat yang lain selain kamar, saya butuh tempat di luar sana untuk membuka
pikiran dan mungkin mendapatkan inspirasi. Setelah memesan double exspresso,
tangan saya sudah siap untuk menuliskan di sebuah catatan apa yang tertuang
dalam pikiran saya. Tetapi diluar dugaan, ketika sedang menulis suara hiruk
pikuk dan teriakan sana – sini mengganggu pikiran saya, apa yang terjadi gumam
dalam hati, ketika menoleh ke samping, ternyata anak-anak muda sedang asyik
bermain game. Saya tidak tau persis game itu, yang jelas seperti menyusun puzzle
dan apabila terjatuh mereka dihukum dengan coretan wajah di mukanya.
Permainan-permainan
seperti itu sering saya lihat disebagian café sekitaran Palembang belakangan
ini. Saya tidak tahu persis tepatnya, tetapi semakin ramai café yang berlomba –
lomba membuat konsep seperti itu. Saya juga tidak bisa menyalahkan mereka yang
membuat konsep seperti itu, mungkin “keinginan pasar” yang begitu besar. Karena
kalau kita bicara produk, produk adalah keinginan pasar, bukan keinginan kita. Mungkin
karena keinginan anak-anak muda kita sangat tinggi terhadap minat tersebut,
maka dibuatlah konsep bisnis seperti itu.
Baiklah saya
lanjutkan lagi ceritanya, ketika itu saya benar-benar terganggu. Jujur orang
introvert seperti saya, tidak bisa mendengar suara bising dan hiruk pikuk,
karena saya tidak bisa berfikir.. hehehe. Bukannya memikirkan apa yang
dirancang sebelumnya, saya malah memikirkan lagi masa lalu saya yang pernah
belajar di Kampung Inggris, Pare. Sangat jauh perbedaannya, bagaikan bumi dan
langit.
Ketika saya
belajar disana, cafe-cafe dijadikan tempat untuk belajar. Saya pernah belajar
kelas pronunciation hampir setiap hari di cafe. Saya juga sering nongkrong di cafe bersama teman-teman. Disana kami
berdiskusi, bertukar ide dan sering kami berkomunikasi dengan bahasa Inggris.
Saya juga pernah dihukum dan speak up di depan umum dan berpidato menggunakan
bahasa Inggris.
Kembali lagi
di Palembang, saya pikir banyak sekali mereka membuang waktu berjam – jam dengan
perbuatan yang sia-sia. Saya maklumi lagi, mungkin masih kecil dan butuh bimbingan
dari orang tuanya, tetapi yang tidak habis pikir banyak juga orang yang sudah
besar menghabiskan waktu seperti itu. Mungkin harus diruqiah dulu. Hehehe.
Saya
memimpikan kalau cafe-cafe di sini banyak
sisi education yang memberikan nilai-nilai positif kepada adik-adik
kita. Cafe yang menyediakan tempat untuk bertukar ide, FGD (focus group discussion)
ataupun English area. Semoga saja beberapa tahun mendatang banyak tempat –
tempat seperti itu.
Ketika saya
menyadari kalau itu tempat yang salah untuk mencari inspirasi, saya memutuskan
untuk pulang ke rumah dan mencari ide lagi di tempat semula yaitu kamar pribadi
yang saya beri nama “Ruang Ide” bukan “Ruang Tidur”.. hehehh. Sekarang saya
sedang menulis di ruang ide menghabiskan malam minggu bersama laptop dan buku. J
Komentar
Posting Komentar