Langsung ke konten utama

Mutiara Tetaplah Mutiara Dimanapun Berada

Banyak dari kita menyalahkan keadaan” adalah penyebab kita terjatuh pada lembah hitam, kegagalan, kemiskinan dan kerusakan pada diri kita. Ada lagi orang yang menyalahkan lingkungan lah yang bertanggung jawab pada kegagalannya. Memang benar lingkungan berpengaruh pada diri seseorang, oleh karena itu pandai-pandailah dalam memilih lingkungan dan orang terdekat kita.

Tapi apakah kesemua itu lantas kita berkata “karena keadaaan begini saya rusak, karena lingkungan lah saya hancur, karena orang tua yang broken home saya jadi begini, karena miskin saya mencuri, karena tidak ada pekerjaan saya merampok”. Bisakah hal seperti itu dijadikan dasar pembelaan atas kesalahan kita? Lantas  apakah kita tidak punya “daya dan upaya” untuk menyaring perbuatan-perbuatan yang buruk disekitar kita. Bukankah kita mempunyai “akal” untuk mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk, dan akal juga mengetahui mana yang harus dilakukan dan mana yang harus ditinggalkan.

Mari kita merenung sejenak dan berfikir tentang “Mutiara”. Setiap orang tentunya menyukai mutiara, karena memang bentuknya yang indah dan harganya yang mahal. Sebanding dengan perjuangan dalam meraih nya, harus diambil di dasar lautan. Bagaimana jika mutiara yang kita miliki jatuh ke dalam lumpur, atau mutiara yang kita miliki jatuh ke dalam kotoran. Apakah kemudian mutiara tersebut menjadi lumpur ataukah mutiara tersebut menjadi kotoran juga? Tentunya tidak, mutiara tetaplah mutiara, memiliki bentuk dan warna yang indah, ia tidak akan menjadi lumpur atau pun kotoran walaupun bertahun-tahun terpendam dalam lumpur atau kotoran tersebut.

Itulah seharusnya yang kita lakukan, kita adalah mutiara. Tidak akan mudah terjebak ke dalam kesesatan, walaupun berada di tempat di mana banyak orang-orang yang melakukan kesesatan, kita tidak akan mudah terpengaruh dalam melakukannya. Ketika kita tinggal dimana banyak kebodohan merajalela kita tidak ikut-ikutan menjadi bodoh juga karena sejatinya kita bukan bagian dari orang-orang bodoh tersebut, kita adalah orang cerdas yang diberikan akal oleh tuhan untuk berusaha sebaik-baiknya dan menjauh dari kebodohan.


Jadi, tidak ada lagi alasan untuk mencari pembelaan atas kesalahan yang dilakukan, kesesatan yang diperbuat, karena sejatinya kita lah yang menentukan diri kita, bukan orang lain, orang tua atau pun lingkungan. Kecuali diri kita bukanlah mutiara, melainkan bagian dari lumpur atau kotoran tersebut. Lumpur atau kotoran tidak akan menjadi mutiara. Sekarang silahkan pilih mau menjadi mutiara atau kotoran?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fiction

Some psychologists assume that some fiction movies like ultra man and power rangers could motivate and encourage children to be more creative, while others have different view point. If you ask people what activity is pleasing, they will be answer to watch television. When everybody likes watching television, they waste their time more than four hours in front of television. They will choose to take a rest at house to watch television after working and they study. In addition, children also like to watch television especially fiction movie that children always watch in their home. Nowadays, some psychologists assume that some fiction movies like ultra man and power rangers could motivate and encourage children to be more creative. There are some reasons that fiction movie could motivate and encourage children to be more creative. First, when children watch fiction movies, they will be open-minded that they can imagine by themselves. For instance, if they watch fiction movie, li...

Berfikir dan Bijak Dalam Menyikapi Setiap Masalah

Masalah adalah masalah, respon kita lah yang menentukan akhir dari sebuah masalah  (Sundar Pichay) Hampir mustahil, jika dalam hidup ini tidak ada masalah, karena masalah adalah bagian dari kehidupan yang mau tidak mau harus dihadapi dan itu adalah bagian dari sistem kehidupan  yang tidak bisa terpisahkan. Seperti bahagia, sengsara. kaya dan miskin. Begitupun masalah, tidak akan bisa dihindari, itu akan menghiasi kehidupan selamanya. Kalau diibaratkan masalah itu adalah secangkir kopi. Kopi adalah kopi, akan tetap pahit selamanya, ia tidak akan mungkin menjadi manis tetapi kita akan tetap menyukai dan menikmati secangkir kopi, walaupun kita tahu jika kopi adalah pahit. Begitupun masalah, ia tidak akan menyenangkan selamanya, tetapi apakah kita harus mengutuk dan memaki serta tidak menerima akan masalah yang datang kepada kita. Kita juga sadar bahwa kita tidak akan bisa menghindari masalah tersebut. Masalah- masalah yang silih berganti hadir di dalam kehidupan ini, enta...