Banyak dari kita menyalahkan “keadaan” adalah penyebab kita terjatuh pada lembah hitam,
kegagalan, kemiskinan dan kerusakan pada diri kita. Ada lagi orang yang
menyalahkan lingkungan lah yang bertanggung jawab pada kegagalannya. Memang
benar lingkungan berpengaruh pada diri seseorang, oleh karena itu
pandai-pandailah dalam memilih lingkungan dan orang terdekat kita.
Tapi apakah kesemua itu lantas kita berkata “karena
keadaaan begini saya rusak, karena
lingkungan lah saya hancur, karena orang tua yang broken home saya jadi begini, karena
miskin saya mencuri, karena tidak ada pekerjaan saya merampok”. Bisakah hal
seperti itu dijadikan dasar pembelaan atas kesalahan kita? Lantas apakah kita tidak punya “daya dan upaya”
untuk menyaring perbuatan-perbuatan yang buruk disekitar kita. Bukankah kita
mempunyai “akal” untuk mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk,
dan akal juga mengetahui mana yang harus dilakukan dan mana yang harus
ditinggalkan.
Mari kita merenung sejenak dan berfikir tentang “Mutiara”.
Setiap orang tentunya menyukai mutiara, karena memang bentuknya yang indah dan
harganya yang mahal. Sebanding dengan perjuangan dalam meraih nya, harus diambil
di dasar lautan. Bagaimana jika mutiara yang kita miliki jatuh ke dalam lumpur,
atau mutiara yang kita miliki jatuh ke dalam kotoran. Apakah kemudian mutiara
tersebut menjadi lumpur ataukah mutiara tersebut menjadi kotoran juga? Tentunya
tidak, mutiara tetaplah mutiara, memiliki bentuk dan warna yang indah, ia tidak
akan menjadi lumpur atau pun kotoran walaupun bertahun-tahun terpendam dalam lumpur
atau kotoran tersebut.
Itulah seharusnya yang kita lakukan, kita adalah mutiara.
Tidak akan mudah terjebak ke dalam kesesatan, walaupun berada di tempat di mana
banyak orang-orang yang melakukan kesesatan, kita tidak akan mudah terpengaruh
dalam melakukannya. Ketika kita tinggal dimana banyak kebodohan merajalela kita
tidak ikut-ikutan menjadi bodoh juga karena sejatinya kita bukan bagian dari
orang-orang bodoh tersebut, kita adalah orang cerdas yang diberikan akal oleh
tuhan untuk berusaha sebaik-baiknya dan menjauh dari kebodohan.
Jadi, tidak ada lagi alasan untuk mencari pembelaan atas
kesalahan yang dilakukan, kesesatan yang diperbuat, karena sejatinya kita lah
yang menentukan diri kita, bukan orang lain, orang tua atau pun lingkungan.
Kecuali diri kita bukanlah mutiara, melainkan bagian dari lumpur atau kotoran
tersebut. Lumpur atau kotoran tidak akan menjadi mutiara. Sekarang silahkan
pilih mau menjadi mutiara atau kotoran?
Komentar
Posting Komentar