Langsung ke konten utama

JENUH KARENA KURANG LIBURAN, BENARKAH?



Pada hari-hari weekday biasanya kita disibukkan dengan hal-hal yang bersifat dengan dunia bisnis dan pekerjaan. Karena pada hari itulah kebanyakan dari kita mencari rezeki yang telah Allah jaminkan atas kita. Ada yang menghabiskan waktu bekerja lebih dari sepuluh jam dengan diberi rezeki yang sedikit, ada juga yang cuma bekerja beberapa jam dengan rezeki yang melimpah. Semua itu atas kehendak Allah, kita tidak tahu datang dari mana rezeki tersebut dan tidak bisa menjamin atas rezeki kita sendiri serta tiada satupun manusia yang bisa mengaturnya. Tugas kita sebagai hamba hanya berusaha mencari rezeki yang telah Allah tetapkan.
Dalam rutinitas tersebut, terkadang hal-hal yang bersifat kebosanan dan kegelisahan menghampiri diri kita. Oleh karena itulah banyak diantara kita menganggap “LIBURAN” adalah salah satu solusi untuk menghilangkan kejenuhan dalam diri kita. Pertanyaannya apakah benar liburan adalah solusi untuk menghilangkan kejenuhan dalam diri kita?.
Untuk menjawab semua itu, mari berikir sejenak. Liburan adalah sarana untuk memuaskan hal yang bersifat lahiriah bukan bathiniah. Jika yang sakit adalah bathiniah kenapa kita mencari solusi untuk memuaskan lahiriah. Kejenuhan, kebosanan dan kegelisahan bersumber dari bathiniah yang sakit, tetapi kenapa mencari solusi untuk “pergi liburan yang cuma memuaskan lahiriah” bukan mencari solusi untuk mengobati bathiniah yang sakit dengan banyak “membaca Al-Qur’an, beristighfar, bersholawat dan berkumpul dengan orang soleh.
Liburan sebagai suatu hobi adalah boleh-boleh saja selama tidak melampaui batas. Tetapi pertimbangkan saudara kita, tetangga kita, teman-teman kita yang sedang dalam kesusahan, dan mungkin butuh bantuan kita.  Jikalau memang kita butuh liburan, jangan lupa niatkan itu sebagai suatu sarana silaturahmi sesama saudara kita, karena silaturahmi memperbanyak rezeki.  Niatkan juga liburan suatu sarana untuk mengenal kekuasaan Allah.
Sebentar lagi kita memasuki bulannya Allah yaitu Rajab, setelah itu kita akan memasuki bulannya Rasulullah yaitu Sya’ban dan bulannya kita sendiri yaitu Ramadhan. Oleh karena itu saya Mohon maaf atas segala khilaf dan salah selama ini, Tulisan ini bukan untuk siapa-siapa, tulisan ini murni untuk mengintropeksi diri sendiri dan untuk orang-orang yang sedang hijrah menghadap Tuhannya.
Allahumma Baariklana Fii Rajab wa Sya’ban wa balighna Romadhon. Ya Allah berkahi kami pada bulan rajab serta sya’ban dan sampaikanlah kami dibulan Ramadhon.
Allahumma Sholli wa sallim  ‘ala sayyidina Muhammadin wa ‘alaa ali sayyidina Muhammad waghfir li fil akhirati wal ulaa. Ya Allah sampaikan sholawat dan salam atas junjungan Muhammad SAW dan ke atas keluarga baginda dan ampunilah aku di akhirat dan dunia ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mutiara Tetaplah Mutiara Dimanapun Berada

Banyak dari kita menyalahkan “ keadaan ” adalah penyebab kita terjatuh pada lembah hitam, kegagalan, kemiskinan dan kerusakan pada diri kita. Ada lagi orang yang menyalahkan lingkungan lah yang bertanggung jawab pada kegagalannya. Memang benar lingkungan berpengaruh pada diri seseorang, oleh karena itu pandai-pandailah dalam memilih lingkungan dan orang terdekat kita. Tapi apakah kesemua itu lantas kita berkata “karena keadaaan begini saya rusak, karena lingkungan lah saya hancur, karena orang tua yang broken home saya jadi begini, karena miskin saya mencuri, karena tidak ada pekerjaan saya merampok”. Bisakah hal seperti itu dijadikan dasar pembelaan atas kesalahan kita? Lantas  apakah kita tidak punya “daya dan upaya” untuk menyaring perbuatan-perbuatan yang buruk disekitar kita. Bukankah kita mempunyai “akal” untuk mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk, dan akal juga mengetahui mana yang harus dilakukan dan mana yang harus ditinggalkan. Mari kita merenun

The Wrong Place

Sabtu siang tadi ceritanya sedang tempat untuk berfikir dan merancang sesuatu, saya pikir tempat tersebut merupakan tempat yang tepat untuk berfikir dan mencari inspirasi. Selain untuk mencari tempat yang lain selain kamar, saya  butuh tempat di luar sana untuk membuka pikiran dan mungkin mendapatkan inspirasi. Setelah memesan double exspresso , tangan saya sudah siap untuk menuliskan di sebuah catatan apa yang tertuang dalam pikiran saya. Tetapi diluar dugaan, ketika sedang menulis suara hiruk pikuk dan teriakan sana – sini mengganggu pikiran saya, apa yang terjadi gumam dalam hati, ketika menoleh ke samping, ternyata anak-anak muda sedang asyik bermain game. Saya tidak tau persis game itu, yang jelas seperti menyusun puzzle dan apabila terjatuh mereka dihukum dengan coretan wajah di mukanya. Permainan-permainan seperti itu sering saya lihat disebagian café sekitaran Palembang belakangan ini. Saya tidak tahu persis tepatnya, tetapi semakin ramai café yang berlomba – lomba mem

Bangkitlah, kembalilah kepadanya

Pada dasarnya semua manusia di bumi ini memiliki banyak kesalahan. Kesalahan itu baik kesalahan yang kecil atau pun yang sangat besar serta kesalahan yang tampak maupun yang tersembunyi. Intinya manusia adalah makhluk yang tak lepas dari yang namanya dosa. Dosa dahulu kala atau pun sekarang, khilaf dan salah pernah kita lakukan. Dahulu, kita pernah mempunyai mimpi yang besar, mimpi untuk menjadi seorang yang besar, mungkin mimpi untuk menjadi seorang pengusaha, pejabat atau pun mimpi untuk melamar seseorang yang kita cintai. Mimpi tersebut gagal karena atas kesalahan kita sendiri, kesalahan yang dibuat terlalu besar sehingga kita harus mengubur dalam-dalam mimpi tersebut. Berjuta-juta kesalahan pernah kita lakukan, kesalahan tersebut membuat kita jatuh, jatuh ke dalam lembah kegagalan. Kesalahan yang membuat kita depresi, gagal meraih mimpi yang pernah kita rencanakan. Lantas apakah yang harus kita lakukan? Apakah meratapi semua yang terjadi ataukah menjadi tidak bersemanga