Langsung ke konten utama

Belajar keteladanan dari Rasulullah

Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Qs. Al – Ahzab: 33)

Image result for rasulullah


Sudah belakangan terakhir, diri ini disibukkan dengan membaca buku - buku kepribadian, kepemimpinan dan pengembangan diri best seller barat dimulai dari buku karya Dale Carnegie, Steven R Covey dan Dr. David Schwartz. Buku itu merupakan tulisan yang sangat luar biasa menurut saya, karena banyak hal – hal yang banyak belum diketahui terutama seni berhubungan dengan orang lain. Ada hal menarik jika ditarik benang merahnya dari karya-karya itu. Mereka menekankan akan pentingnya memperbaiki diri sendiri atau konsep diri sebelum melakukan hal-hal yang lainnya. Berulang-ulang dibaca dan ditelaah dan perlahan – perlahan konsep dari mereka saya pahami.  
Terkadang saya berfikir lagi untuk membeli lebih banyak buku yang berorientasi pemikiran barat karena saya merasa kurang dan perlu menambah lagi referensi tentang kepribadian, kepemimpinan dan pengembangan diri. Tetapi Ketika sedang membaca, rasa jenuh datang. Saya putuskan untuk mencari informasi yang lainnya melalui input – input yang lain karena saya lebih suka input (membaca dan mendengarkan) dari pada output (berbicara dan menulis). Ketika itu jari jemari saya digerakkan dengan ceramah Aa Gym tentang sukses memimpin dan dipimpin, disitu banyak sekali pelajaran yang dipetik dan membuat saya sendiri sadar bahwa kita tidak akan pernah menemukan kebahagiaan dan kesuksesan diri sebelum benar – benar memahami kehidupan Rasulullah.
Kita tidak akan pernah menemukan konsep diri sebelum kita mengetahui dan mengamalkan apa – apa yang Rasulullah ajarkan pada kita serta kita tidak mungkin berbahagia jikalau kita mendahulukan kepentingan yang lain dari pada cinta kita kepada Rasulullah. Nabi itu hendaknya lebih utama bagi orang – orang mukmin dari diri mereka sendiri (Qs. Al-Ahzab: 6)
Pemikiran – pemikiran ahli pengembangan diri, kepemimpinan dan ahli psikologi berangkat dari pemikiran Rasulullah 1400 tahun yang lalu tentang pentingnya konsep diri, pentingnya mengenal diri sendiri daripada sibuk melakukan hal-hal yang lainnya. Saya tersadar bahwa kita tidak akan puas sebelum benar – benar mengenal Rasulullah secara sempurna bukan sedikit ataupun sebagian. Kemudian Aa Gym melanjutkan dalam ceramahnya dan bertanya, apakah di rumah kita ada buku tentang Rasulullah. Saya mencari buku tentang Rasulullah yang ada ditumpukan buku lainnya di rumah.  Beberapa waktu yang lalu saya sudah membaca buku Sejarah Rasulullah dan Buku Syamail Muhammadiyyah. Saya teringat bahwa buku – buku itu saya tidak punya, ternyata buku tersebut dipinjam dari perpustaan.
Saya sadar dan berfikir bahwa informasi tentang sejarah dan kehidupan Rasulullah masih sangat minim dan harus terus ditambah jika benar – benar ingin menginginkan “The Meaning Of Life”. Jikalau informasi – informasi tentang Rasulullah masih sedikit, bagaimana mungkin menjadi pribadi yang baik karena dengan mencontoh beliaulah kita menjadi pribadi yang baik dan kita bisa menemukan konsep diri. Dan sesungguhya kamu benar – benar berbudi pekerti yang agung (Qs. Al-Qolam: 68).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mutiara Tetaplah Mutiara Dimanapun Berada

Banyak dari kita menyalahkan “ keadaan ” adalah penyebab kita terjatuh pada lembah hitam, kegagalan, kemiskinan dan kerusakan pada diri kita. Ada lagi orang yang menyalahkan lingkungan lah yang bertanggung jawab pada kegagalannya. Memang benar lingkungan berpengaruh pada diri seseorang, oleh karena itu pandai-pandailah dalam memilih lingkungan dan orang terdekat kita. Tapi apakah kesemua itu lantas kita berkata “karena keadaaan begini saya rusak, karena lingkungan lah saya hancur, karena orang tua yang broken home saya jadi begini, karena miskin saya mencuri, karena tidak ada pekerjaan saya merampok”. Bisakah hal seperti itu dijadikan dasar pembelaan atas kesalahan kita? Lantas  apakah kita tidak punya “daya dan upaya” untuk menyaring perbuatan-perbuatan yang buruk disekitar kita. Bukankah kita mempunyai “akal” untuk mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk, dan akal juga mengetahui mana yang harus dilakukan dan mana yang harus ditinggalkan. Mari kita merenun

The Wrong Place

Sabtu siang tadi ceritanya sedang tempat untuk berfikir dan merancang sesuatu, saya pikir tempat tersebut merupakan tempat yang tepat untuk berfikir dan mencari inspirasi. Selain untuk mencari tempat yang lain selain kamar, saya  butuh tempat di luar sana untuk membuka pikiran dan mungkin mendapatkan inspirasi. Setelah memesan double exspresso , tangan saya sudah siap untuk menuliskan di sebuah catatan apa yang tertuang dalam pikiran saya. Tetapi diluar dugaan, ketika sedang menulis suara hiruk pikuk dan teriakan sana – sini mengganggu pikiran saya, apa yang terjadi gumam dalam hati, ketika menoleh ke samping, ternyata anak-anak muda sedang asyik bermain game. Saya tidak tau persis game itu, yang jelas seperti menyusun puzzle dan apabila terjatuh mereka dihukum dengan coretan wajah di mukanya. Permainan-permainan seperti itu sering saya lihat disebagian café sekitaran Palembang belakangan ini. Saya tidak tahu persis tepatnya, tetapi semakin ramai café yang berlomba – lomba mem

Bangkitlah, kembalilah kepadanya

Pada dasarnya semua manusia di bumi ini memiliki banyak kesalahan. Kesalahan itu baik kesalahan yang kecil atau pun yang sangat besar serta kesalahan yang tampak maupun yang tersembunyi. Intinya manusia adalah makhluk yang tak lepas dari yang namanya dosa. Dosa dahulu kala atau pun sekarang, khilaf dan salah pernah kita lakukan. Dahulu, kita pernah mempunyai mimpi yang besar, mimpi untuk menjadi seorang yang besar, mungkin mimpi untuk menjadi seorang pengusaha, pejabat atau pun mimpi untuk melamar seseorang yang kita cintai. Mimpi tersebut gagal karena atas kesalahan kita sendiri, kesalahan yang dibuat terlalu besar sehingga kita harus mengubur dalam-dalam mimpi tersebut. Berjuta-juta kesalahan pernah kita lakukan, kesalahan tersebut membuat kita jatuh, jatuh ke dalam lembah kegagalan. Kesalahan yang membuat kita depresi, gagal meraih mimpi yang pernah kita rencanakan. Lantas apakah yang harus kita lakukan? Apakah meratapi semua yang terjadi ataukah menjadi tidak bersemanga